
Bogor: Tim Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University mempresentasikan inovasi Rumpon Portable eFAD dalam agenda Focus Group Discussion (FGD). Forum ini diselenggarakan secara daring dan luring, khusus luring digelar di Maluku bersama para stakeholder dan nelayan setempat.
"Semoga dengan adanya inovasi ini kita bisa menjawab kebutuhan masyarakat. Kami di perguruan tinggi hanya melakukan penelitian. Agar hasil inovasi dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat maka harus bergandengan tangan dengan mitra industri," ujar Wakil Rektor Bidang Inovasi dan Bisnis serta Kepala Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) IPB University, Kamis, 7 Oktober 2021.
Sementara itu, Dekan FPIK IPB University, Fredinan Yulianda menyebutkan Rumpon Portable merupakan salah satu wujud kepedulian IPB University dalam mengembangkan perikanan nasional berbasis pada industri 4.0. Melalui penelitian dan pengembangan inovasi, IPB University berusaha untuk mengoptimalkan seluruh pengelolaan dan pengembangan sumberdaya perikanan dan kelautan Indonesia.
"Teknologi alat tangkap ini memasukkan unsur inovasi berupa teknologi sonar suara yang berfungsi untuk mendatangkan ikan. Rumpon portable juga merupakan teknologi yang ramah lingkungan," jelas Fredinan.
Pelaksanaan proyek pengembangan inovasi Rumpon Portable diketuai Mulyono. Ia menyebutkan bahwa nelayan telah menggunakan alat bantu menangkap ikan berupa rumpon tradisional. Rumpon berfungsi memikat ikan agar berkumpul untuk mencari makan, beristirahat, dan berlindung dari predator. Alat ini dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penangkapan ikan.
Rumpon tradisional dibuat dengan merangkai dedaunan pohon kelapa dan bambu. Dengan material tersebut maka rumpon tradisional rentan hanyut terbawa ombak laut. Di samping itu rumpon tradisional juga kerap menimbulkan konflik antar nelayan. Hal tersebut karena rumpon tidak memiliki sertifikasi kepemilikan.
"Pada percobaan penggunaan eFAD di perairan Aceh Utara pada tahun 2019, hasil tangkap ikannya mengalami peningkatan hingga 45,88 persn. Kemudian di perairan Banten penggunaan eFAD mampu meningkatkan produktivitas dan efektivitas sebesar 54 persen," papar Mulyono.
Menurutnya, eFAD Rumpon Portable merupakan karya anak bangsa yang ringkas, mudah dikemas dan dioperasikan di mana saja. Dengan ukuran koper 53 x 30 x 17 cm dan electric fish sttractor (EFA) 3,14 x 15 x 30 cm eFAD hanya berbobot 19 kilogram.
"eFAD terdiri dari empat bagian yakni koper yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sekaligus pelampung, atraktor, tali rumpon sepanjang 10 meter, serta pemberat," ujar Mulyono.
Saat ini, baterai eFAD mampu bertahan selama delapan jam, namun Mulyono memastikan bahwa ke depannya akan terus ditingkatkan untuk dilengkapi dengan panel surya. Mulyono menyebutkan bahwa jika dilengkapi dengan panel surya maka rumpon tidak perlu dicharge karena bantuan cahaya matahari di siang hari.
"Penggunaan eFAD juga diproyeksikan akan dikembangkan untuk memajukan industri wisata bahari. Kemampuannya untuk mendatangkan ikan dapat dimanfaatkan untuk pertunjukan lumba-lumba di laut serta restoran dengan menu hasil tangkapan sendiri," kata Mulyono.