
Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (Himiteka) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University menggelar Indonesia Marine Summmit 2021 (17/20). Kegiatan bertema "How Covid-19 Affects Our Ocean". Kegiatan ini merupakan kerja sama dengan University of Malaysia, Trengganu.
Dr Hawis Maduppa, Ketua Departemen ITK FPIK IPB mengatakan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan akses informasi dan data bagi masyarakat marjinal tetapi informasi tersebut penting agar masyarkaat dapat bertahan hidup.
"Kami ingin memfasilitasi lebih jauh terkait bagaimana COVID - 19 mempengaruhi keadaan laut kita. Melalui kegiatan ini kita akan saling berkomunikasi dan beraksi demi masa depan laut yang lebih baik" katanya.
Sementara itu, Dr Puji Rianti, Dosen IPB University dari Departemen Biologi, menjelaskan laut memiliki peran penting sebagai penyedia karbon. Ia menyebut, berbagai kejadian yang berlangsung di laut akan secara langusng mempengaruhi bumi. Bahkan, pandemi COVID-19 yang melanda dunia juga mempengaruhi lingkungan termasuk laut.
Dosen IPB itu menyebut Indonesia mempunyai ekosistem pesisir yang sangat melimpah. Namun dengan adanya kebijakan era normal baru dinilai tidak terlalu keberlanjutan di bumi.
Dikarenakan berbgai kebutuhan yang meningkat terhadap masker sekali pakai, kantong plastik, dan barang- barang plastik lainnya sulit ditekan. Kondisi ini jelas memperbanyak cemaran limbah plastik di laut.
“Berbagai kandungan polutan pada plastik dapat masuk ke dalam ikan, wilayah tercemar. Ketika dikonsumsi oleh manusia, maka akan berdampak pada sistem tubuh manusia. Baik itu sistem saraf, ginjal, sistem pencernaan, hingga sistem ekskresi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dr Puji mengatakan, cemaran plastik juga berbahaya bagi keberlangsungan kehidupan berbagai spesies laut. Akibatnya, perubahan habitat hingga perubahan fisiologi spesies laut terjadi.
Bahkan, kepunahan beberapa spesies mungkin tidak dapat dihindarkan. Menurutnya, manusia membutuhkan perubahan cara pandang. Perspektif baru dalam melihat dunia ini dibutuhkan karena sesungguhnya semua makhluk hidup berada pada garis yang sama.
“Manusia perlu melihat krisis iklim secara holistik antara biodiversitas dan masyarakat, sehingga dapat bekerjasama sebagai tim dalam mengatasi permasalahan ini, karena berdampak semua makhluk hidup secara global,” jelas Dr Puji Rianti.
Ia pun menekankan, gaya hidup berkelanjutan perlu didorong agar setidaknya secara lokal pencemaran tersebut dapat ditekan. Ia menyebut, generasi muda dapat menerapkan gaya hidup berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari misalnya gaya hidup 3R (Reuse, Reduce, and Recycle).
Dr Puji juga mengatakan, salah satu cara lain memerangi krisis iklim yakni dengan bergabung dalam The Climate Reality Project. Melalui gerakan tersebut, generasi muda dapat menggunakan suaranya untuk menyerukan isu perubahan iklim kepada masyarakat Indonesia.
SDGs 14 Life Below Water