
fpik.ipb.ac.id--Mahasiswa MSP FPIK IPB mendatangkan pengelola waduk Jatiluhur dari Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRPSDI) Jatiluhur dalam rangka diskusi bersama stakeholder dalam praktikum Pengelolaan Sumberdaya Perairan MSP 414 yang dilakukan via daring zoom bersama dengan dosen-dosen pengampu praktikum mata kuliah tersebut.
Praktikum Mahasiswa Angkatan 55 ini merupakan salah agendanya dalam rangka pembelajaran pembentukan pengelolaan perairan di waduk selama dua minggu pada tanggal 28 Oktober. Dengan diskusi secara aktif bersama Dr Amula Nurfiarni (BRPSDI Jatiluhur) sebagai perwakilan pengelola.
Diawali dengan koordinator mata kuliah Dr. Taryono, S.Pi, M.Si yang menyambut pembekalan dari narasumber pengelola-pengelola waduk. Setelah mahasiswa lulus diharapkannya dapat menganalisis dan menghasilkan ide pengelolaan untuk perairan, dengan pertemuan ini dijadikan pelatihan.
“Dengan anggapan mahasiswa tingkat akhir ini pengetahuan yang sudah diberikan cukup untuk memahami pengelolaan, tahapan dan isunya yang pada akhirnya akan diminta gagasan pengelolaan agar saat sudah jadi alumni dapat analisis potensi pengelolaan perairan ” Tutur Taryono dalam memberi sambutannya.
Pembahasan terkait pengelolaan perairan diawali dengan mengetahui keadaan perairan tersebut termasuk Jatiluhur. Pemaparan yang dibawa oleh dua pengelola tersebut menjadi kunci bagi mahasiswa MSP dalam merancang gagasan pengelolaan perairan.
Dr. Amula Nurfiarni perwakilan dari pengelola BRPSDI Jatiluhur menjelaskan Waduk Jatiluhur memiliki kerentanan dikarenakan bendungan cascade atau bertingkat dimana hulu sungai masih terdapat bendungan lagi seperti di kasus Jatiluhur terdapat Waduk Sangguling dan Cirata.
“Jatiluhur terletak di hilir mengandung artian strategis dan rentan, dikatakan rentan karena setiap aktivitas di lahan diatasnya (Waduk Sangguling dan Cirata) akan berimbas ke Waduk Jatiluhur berdampak pada perkembangannya” Diutarakan oleh Amula.
Ditambahkannya oleh Amula pentingnya pengelolaan di Waduk dikarenakan sifatnya sebagai perairan umum dan terbuka dengan berbagai fungsinya sebagai waduk salah satunya adalah budidaya. Sehingga menjadi salah satu faktor penyumbang penyuburan dan pendangkalan yang terjadi di Waduk Jatiluhur yang membuat eutrofikasi perairan.
“Berdampak pada sumberdaya ikan pada budidaya dan ikan liar, dikarenakan perairan mengalami hypoxia atau kekurangan oksigen sehingga keanekaragaman ikan di Jatiluhur juga terancam” Imbuhnya.
Bagi mahasiswa MSP, pentingnya mengetahui kondisi secara nyata pada suatu perairan menjadi langkah awal pengelolaan yang diperuntukan menjaga kelestarian yang memperhatikan aspek ekologi maupun ekonomi.
SDGs 11 Sustainable Cities and Commnities, SDGs 14 Life Below Water, SDGs 15 Life Above Land, SDGs 17 Partnership For The Goals