Peneliti di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University berhasil mengembangkan teknologi TREKFish. Sebuah alat yang digunakan untuk menelusuri jejak penangkapan ikan (ikan, rajungan, lobster dan lain-lain) yang dilengkapi dengan perangkat lunak fishER™ (Fisheries Electronic Reporting).
Tim peneliti yang terdiri dari Prof Indra Jaya, Dr Hawis Madduppa dan Muhammad Iqbal, SPi, MSi ini melihat bahwa tingginya permintaan akan pengolahan daging rajungan berdampak pada peningkatan intensitas penangkapan rajungan. Hal ini menyebabkan populasi rajungan saat ini mengalami overfishing dan kritis, sehingga perlu dilakukan pengelolaan.
“Selain itu, permasalahan lain yang mengancam keberlanjutan rajungan adalah kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan, penangkapan rajungan, berukuran kecil, dan daerah penangkapan rajungan yang tidak merata. Oleh karena itu kami mengembagkan TREKFish,” ujar Dr Hawis.
Menurutnya alat ini cocok untuk perikanan skala kecil dan industri. TREKFish dirancang dan dikembangkan untuk mendukung SIM (Seafood Import Monitoring) Program.
“TREKFish mampu menyediakan data dan informasi berkaitan dengan penelusuran operasi penangkapan ikan, peta distribusi hasil tangkapan, hasil tangkapan sampingan dan catch per unit effort (CPUE). TREKFish dirancang dengan konsep IoT dengan memanfaatkan teknologi mikrokontroler serta GPS sehingga piranti ini dapat dipantau secara real time kapanpun dan dimanapun,” jelasnya.
Dr. Hawis menyatakan bahwa kegiatan penangkapan rajungan (Portunus pelagicus) saat ini telah dibantu oleh teknologi TREKFish. Menurutnya, alat dapat digunakan untuk memantau para nelayan. Selain itu, alat ini terus diperbarui dengan perkembangan teknologi sehingga mudah diaplikasikan dan digunakan oleh nelayan skala kecil.
“Perahu nelayan yang dilengkapi Vessel Tracking System (VTS) TREKFish ini dapat mengetahui dimana posisi nelayan menangkap rajungan,” ujar Dr Hawis.
Selain itu, tambahnya, Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI) bersama dengan PANRITA, pembuat teknologi alat tersebut, telah bekerja sama terkait pemasangan instalasi VTS TREKFish.
“Sejak tanggal 7-10 Oktober 2021, telah dilakukan pemasangan TREKFish VTS sebanyak 15 unit di sentra rajungan Indonesia yaitu Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur; Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan; dan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Pemasangan ini bertujuan untuk memenuhi pendataan terkait pengembangan sistem restocking (penebaran benih) ke alam,” jelas Dosen IPB University ini.
Ia menambahkan, pemasangan TREKFish VTS sudah dilakukan di Rembang, Pamekasan (Madura) dan Pangkep (Sulawesi Selatan). Setelah pemasangan TREKFish VTS pada ketiga wilayah ini, nantinya akan dipantau dan dikumpulkan datanya dalam pemenuhan indikator Proyek Peningkatan Perikanan.
Seorang nelayan pengguna TREKFish VTS di Sumenep, Suparman, mengatakan bahwa keberadaan teknologi ini cukup membantu nelayan lokal yang menangkap rajungan. Ia menambahkan, alat tersebut tidak hanya dapat memberikan informasi terkait data perjalanan nelayan rajungan, tetapi juga dapat digunakan sebagai data alat tangkap yang ditebar dan hilang (alat tangkap).
SDGs 14 Life Below Water