
Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan (PSP) - Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University merancang program desa binaan untuk mewujudkan Desa Nelayan Percontohan Nasional. Program ini merupakan salah satu kegiatan tridharma perguruan tinggi yang dirancang secara terstruktur dalam kurun waktu sekitar tiga tahun. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, Departemen PSP IPB University bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sukabumi dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu.
Kegiatan diawali dengan pemahaman situasi permasalahan desa. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan akan dianalisis untuk menentukan program kegiatan yang tepat untuk mewujudkan desa percontohan nasional. Desa yang akan dijadikan percontohan Desa Nelayan Nasional adalah Desa Cemara Baru dan Desa Sangrawayang.
Kegiatan penggalian dan pemahaman situasi permasalahan nelayan dimulai melalui focus group discussion (FGD) dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sukabumi dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, serta wawancara mendalam dengan aparat desa dan nelayan. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi bahan diskusi di departemen untuk menentukan program pembangunan yang tepat bagi masyarakat desa yang diteliti.
DKP Kabupaten Sukabumi mengatakan ada beberapa masalah perikanan tangkap di Sukabumi. Permasalahan tersebut terutama terkait dengan komoditas unggulan yaitu cumi-cumi, sidat, dan lobster. Untuk mengatasi hal tersebut, teknologi penarik cumi dari IPB University telah diperkenalkan kepada nelayan, namun telur cumi tidak dapat menempel lama dan hilang. Sedangkan untuk sidat, pasarnya masih terbatas dan selama ini sidat belum banyak dibudidayakan, seperti lobster.
Permasalahan lain terjadi di kawasan wisata Geopark yaitu Desa Ciemas dan Desa Cikaso. Alat tangkap bagan di Desa Ciemas dinilai mengganggu kegiatan wisata dan restorasi mangrove di Desa Cikaso belum optimal.
Masalah lain juga diungkapkan oleh PPN Palabuhanratu. Saat ini pengelolaan keuangan nelayan belum dikelola dengan baik antara pemasukan dan pengeluaran, sehingga keuntungan selalu habis. Masalah lainnya, nelayan kesulitan menangkap ikan layur karena daerah penangkapan yang semakin jauh dan teknologi yang belum memadai.
Masalah perizinan juga dihadapi oleh PPN Palabuhanratu karena jumlah nelayan andon yang lebih banyak dibandingkan nelayan lokal, banyaknya rumpon di perairan, dan ukuran kapal yang tidak sesuai dengan izin penangkapan. Hal lain yang menjadi permasalahan adalah terkait penataan kapal di kolam pelabuhan akibat banyaknya penggunaan kapal cadik oleh nelayan.
Tim Departemen PSP IPB University juga melakukan wawancara dengan para nelayan di Desa Cemara Baru dan sekretariat Desa Sangrawayang. Pendapatan nelayan di Desa Cemara Baru tidak menentu, bahkan cenderung merugi sehingga tidak dapat mengembalikan pinjamannya. Sementara itu, permasalahan yang dihadapi nelayan di Desa Sangrawayang adalah sulitnya menangkap ikan layur sejak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Palabuhanratu dibangun. Tidak hanya itu, permasalahan lain yang dihadapi adalah keterbatasan teknologi pengolahan hasil perikanan, dan generasi milenial yang tidak berminat menjadi nelayan.
Kelanjutan kegiatan ini akan menjadi dasar bagi terciptanya program yang akan dilakukan oleh dosen IPB University di Jurusan PSP FPIK untuk mewujudkan Desa Nelayan Percontohan Nasional. Selain itu, kerjasama dengan DKP Sukabumi dan PPN Palabuhanratu juga dilakukan dalam program magang mahasiswa.