
Populasi terumbu karang di perairan Kepulauan Seribu diduga semakin terdegradasi akibat fenomena alam dan kelalaian manusia. Namun beberapa upaya penyelamatan terumbu karang terus dilakukan, seperti pembuatan Fish Shelter atau rumah ikan dan transplantasi karang.
Dr Syamsul Bahri Agus, dosen IPB University, mengatakan kedua upaya ini tidak hanya bisa memulihkan populasi terumbu karang. Namun juga dapat meningkatkan sumber daya ikan di sekitar perairan Kepulauan Seribu dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Ia mengatakan, penampungan ikan memiliki berbagai fungsi seperti ekosistem buatan. Selain sebagai tempat tumbuhnya terumbu karang, shelter merupakan tempat persinggahan ikan-ikan yang bermigrasi.
“Ekosistem yang terbentuk dari interaksi antara ikan dan terumbu karang dapat menjadikan spot shelter ikan sebagai tujuan wisata. Spesies ikan yang telah lama hilang bahkan dapat kembali ke perairan Kepulauan Seribu dengan shelter ikan,” kata Dr Syamsul Bahri Agus, Pj Kepala (Plt) Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University.
Ia melanjutkan, shelter ikan yang terbuat dari beton dengan berat lebih dari dua ton ini juga bisa berfungsi sebagai penahan gelombang laut. Dengan demikian, arus kuat seperti angin muson barat dan timur di Kepulauan Seribu dapat tertahan dan tidak merusak ekosistem di sekitarnya. Tidak hanya itu, upaya ini juga dapat memulihkan sumber daya ikan yang semakin terdegradasi akibat kegiatan perikanan tangkap ilegal pada tahun 80-an dan 90-an.
“Hal ini menyebabkan sumber daya ikan semakin jauh dari Kepulauan Seribu. Fish Shelter ini bisa mendekatkan ikan dengan terumbu karang alami,” jelasnya dalam IG Live Talk dengan topik “Fish Shelter dan Transplantasi Karang Sebagai Upaya Memperbaiki Ekosistem dan Meningkatkan Sumber Daya Ikan dan Destinasi Wisata di Kepulauan Seribu” yang telah diselenggarakan oleh Museum Bahari Jakarta, (13/05).
Dosen IPB University itu melanjutkan, transplantasi karang juga diupayakan sebagai tempat perlindungan sekaligus ekosistem buatan terumbu karang. Bedanya dengan tempat penampungan ikan adalah kedalamannya. Transplantasi karang dilakukan pada kedalaman satu sampai lima meter. Sedangkan ikan berteduh di kedalaman 10 hingga 30 meter. Bahan dasar dan bentuk juga bervariasi sesuai dengan habitat dan penggunaan rehabilitasi di lokasi yang diinginkan.
Dr Syamsul mengklaim, dampak positif yang diberikan pada upaya rehabilitasi ini sudah terbukti. Dikatakannya, terumbu karang pionir bisa tumbuh, jenis ikan yang berkumpul jauh lebih beragam, masyarakat sekitar juga bisa memanfaatkan keindahan sumber daya perairannya. Spesies ikan dan terumbu karang yang beraneka ragam dan berwarna-warni dapat dinikmati keindahannya.
“Dengan upaya rehabilitasi dan transplantasi, terumbu karang akan tumbuh secara spasial, lebih luas, lebih bagus, dan lebih sehat sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat. Jika pertumbuhan terumbu karang semakin luas, biota laut akan semakin berkumpul. Sehingga selain menambah sumber daya ikan, di sisi lain bisa menjadi destinasi wisata,” imbuhnya.
Dikatakannya, keberhasilan upaya ini tidak lepas dari kerjasama yang baik antara pemerintah, perguruan tinggi, swasta, dan masyarakat. Apalagi dengan kesadaran masyarakat lokal dan wisatawan yang ikut menjaga keutuhan terumbu karang dan ekosistem sekitarnya.
SDGs 4 Quality Education SDGs 13 Climate Action SDGs 14 Life Below Water