
Prof Muhammad Agus Suprayudi, Ketua Departemen Budidaya Perairan IPB University mengomentari bahan baku pakan ikan yang masih impor. Pasalnya, hingga kini, industri perikanan Indonesia masih bergantung pada pakan dan bahan baku pakan ikan impor. Hal tersebut berimbas pada tingginya harga pakan ikan komersil.
Ia menyebut, berdasarkan data Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), produksi pakan Indonesia hampir mencapai 1,7 juta ton per tahun. Dengan demikian, angka kebutuhan pakan saat ini masih terpenuhi.
“Indonesia membutuhkan persiapan dari segi pakan dalam mendukung proyeksi kenaikan produksi ikan. Sayangnya, kondisi bahan baku bagi industri pakan saat ini masih impor, sehingga Indonesia dianggap masih belum siap,” ujar Prof Muhammad Agus Suprayudi, dosen IPB University dari Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dalam Estuary Live Podcast Episode Kedua, 9/7.
Tapi ke depan, katanya, kita harus siapkan, jangan sampai kita terus tergantung pada impor. “Kita perlu untuk siapkan secara industri bahan bakunya. Hingga saat ini industri pakan kita sudah oke, tapi industri bahan baku masih belum siap,” sebutnya.
Lebih lanjut, ia menerangkan, Indonesia perlu mencari jalan agar dapat membangun industri bahan baku sebagai sumber protein nabati dan turunannya. Dengan demikian, Indonesia diharapkan tidak bergantung pada bahan baku palm kernel dan kedelai impor.
Pada saat yang sama, industri budidaya perikanan juga belum mengkaji lebih lanjut secara ekonomis dalam produksi masalnya. Mengingat industri pakan juga harus memenuhi kriteria seperti tepat harga, tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat kualitas untuk dianggap sesuai untuk bahan baku.
Tantangan lainnya adalah industri pakan masih berada dalam masa kritis khususnya di masa pandemi sehingga menjadi dilema tersendiri untuk menaikan harga pakan. Harga jual pakan menjadi penentu harga jual ikan, terutama ikan tawar yang kini meningkat. Bahkan, masa pandemi berpengaruh pada keberlangsungan petani, sehingga berdampak pada industri pakan itu sendiri.
Kebijakan industri pakan harus memenuhi empat kriteria yakni baik bagi kesehatan manusia, baik bagi lingkungan, baik untuk industri pakan dan baik bagi keberlangsungan petani. Proyeksi industri pakan di tahun 2050 meningkat 200 persen, artinya produksi meningkat kebutuhan bahan baku pakan pun meningkat.
“Ke depan, Indonesia ini sudah saatnya mencoba mengembangkan industri bahan baku untuk mendukung industri pakannya. Sehingga, saat ini angka impor 80 persen dapat terus ditekan dan kita dapat mandiri dari segi bahan baku,” jelasnya.
Ia berharap, industri bahan baku Indonesia perlu mengembangkan bahan baku yang kompetitif sehingga dapat menjadi subtitusi bahan baku impor. Indonesia juga dapat mengembangkan industri bahan baku mikro seperti vitamin dan harganya. Sehingga dapat bersaing dengan produsen lain dan menjadi kunci untuk mendukung industri bahan baku dan pakan.