Bogor, Indonesia – Dalam diskusi strategis yang diadakan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tanggal 17 September 2024, para ahli dan akademisi menyoroti pentingnya integrasi produk perikanan dalam program makanan bergizi gratis yang diinisiasi oleh pemerintah. Diskusi bertajuk “Peluang Pangan dan Susu Ikan dalam Makanan Bergizi Gratis” ini membuka wawasan tentang berbagai aspek nutrisi dan kelayakan produk perikanan sebagai komponen penting dalam diet sehat masyarakat. Kegiatan diskusi ini dipandu oleh salah satu dosen muda FPIK yaitu Moh. Burhanuddin Mahmud, S.Pi., M.Si. dari Departemen Budidaya Perairan, FPIK. Dekan FPIK, Prof. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, MSc., menekankan pentingnya kajian ilmiah terhadap susu ikan sebagai pendukung data ilmiah yang dapat membantu pemerintah dalam membuat program makanan bergizi gratis.

Sesditjen PDS KKP, Dr. Mahmud, S.Pi, MSc, mengungkapkan bahwa susu ikan merupakan salah satu produk minuman yang diperkaya dengan hidrolisat protein ikan (HPI). HPI telah mendapat respons positif dan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan konsumsi protein. Saat ini, KKP sedang aktif mengenalkan kepada masyarakat mengenai berbagai produk yang menggunakan HPI di antaranya jajanan pasar dan makanan lainnya, dengan tujuan untuk memperluas pemahaman dan penerimaan terhadap produk-produk inovatif ini.

Dr. Ir. Wini Trilaksani, M.Sc., Dosen Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP) IPB University, memaparkan bahwa perbaikan pola makan dapat mendukung pencegahan masalah kesehatan di masyarakat Indonesia. Dampak masalah gizi dapat berpengaruh terhadap mutu sumber daya manusia. Asupan gizi yang cukup terutama protein dan omega 3 dapat mendukung perkembangan jaringan otak. Dr. Wini juga memberikan penjelasan mengenai Hidrolisat Protein Ikan (HPI) dan Konsentrat Protein Ikan (KPI). HPI dihasilkan dari proses hidrolisis, menguraikan protein ikan menjadi peptida dan asam amino yang mudah diserap, dengan rasa dan aroma yang kuat namun kaya akan asam amino esensial karena mengalami proses hidrolisis yang lebih kompleks daripada KPI. Sementara itu, KPI dihasilkan melalui ekstraksi protein, menawarkan alternatif dengan rasa dan aroma yang lebih diterima dan beberapa sifat fungsionalnya masih tersedia.

Prof. Dr. Mala Nurilmala, S.Pi, M.Si., dari Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP) IPB University, menekankan pentingnya ‘Blue Food’ atau sumber pangan dari perairan yang ramah lingkungan dalam kebijakan pangan nasional. Beliau menjelaskan bahwa diversifikasi produk perikanan lokal, termasuk pengembangan menu olahan yang menarik bagi anak-anak seperti makanan nusantara, nugget, sosis ikan dan lainnya, yang sekaligus dapat mengembangkan produksidari UKM-UMKM di masyarakat, adalah kunci untuk meningkatkan asupan protein berkualitas di kalangan anak sebagai target program Makanan Bergizi Gratis. Prof. Mala juga mendorong pentingnya diversifikasi menu olahan lain untuk memperkaya pilihan konsumsi ikan dalam menu program tersebut. Dengan mendukung usaha kecil dan menengah di sektor perikanan, beliau berharap dapat meningkatkan kapasitas produksi dan inovasi dalam pengolahan ikan. Inisiatif ini bertujuan untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya konsumsi ikan dan memastikan produksi pangan laut yang berkelanjutan untuk generasi mendatang, serta mengintegrasikan produk perikanan ke dalam program sehingga asupan gizi yang baik dapat diperoleh masyarakat.