Restorasi terumbu karang adalah langkah nyata menjaga laut, menghidupkan kembali ekosistem yang rusak, dan mewujudkan harapan bagi masa depan biodiversitas laut Indonesia. Pada webinar sesi ke-3, SCORES mengundang Permas Bagya Maulana selaku lead science and monitoring dari Mars Symbioscience Indonesia. Melalui paparannya yang berjudul “Mars Assisted Reef Restoration System – Monitoring and Maintenance”, Permas berbagi pengalamannya selama menjadi praktisi restorasi terumbu karang, khususnya di Pulau Bontosua, Sulawesi.

Pada sesi pembukaan oleh Dr. Syamsul Bahri Agus, beliau menyampaikan dan mengajak untuk memulai aksi nyata pada restorasi terumbu karang Indonesia. “SCORES merupakan tempat kita belajar restorasi terumbu karang, melalui webinar yang telah dilaksanakan selama 3 season, sudah saatnya kita bersama-sama membuat aksi nyata dalam restorasi terumbu karang Indonesia. Dengan terkoneksinya dari praktisi dari barat, Tengah, dan timur Indonesia hingga keluar negri, kita dapat meninjaui dan mulai menyusun seperti kebijakan dari instalasi hingga monitoring untuk mengembangkan restorasi terumbu karang Indonesia dengan berrbagai metode yang sesuai”, ujarnya.

“Sudah saatnya bersama dengan SCORES memberikan dampak dan aksi nyata untuk memperbaiki restorasi terumbu karang Indonesia, harapannya jika kita berhasil membuat kebijakan atau SOP restorasi terumbu karang, dapat menjadi manfaat bagi semua praktisi dan mahasiswa yang memiliki ketertarikan pada kegiatan restorasi terumbu karang”, tambah Dr. Syamsul diakhir sambutannya.

Ajakannya dalam sambutan sangat diterima dengan antusias oleh para peserta yang hadir, termasuk pemateri, Permas yang akan menyampaikan hasil dari kegiatan restorasi terumbu karang yang telah dilakukan di Pulau Bontosua dari tahnun 2017 hingga saat ini.

Dalama presentasinya, Permas membagikan metode yang digunakan di Pulau Bontosua, yaitu struktuk bintang terumbu atau spider atau yang mereka sebut sebagai reef star, merupakan struktur baja yang berbentuk heksagonal dilapisi dengan pasir yang berfungsi sebagai media atau tempat fragmen karang menempel dan menstabilkan substrat rubble.

Mars Symbioscience Indonesia telah memulau restorasi terumbu karang di Pulau Bontosua dari tahun 2017 dan termasuk dalam salah satu projek restorasi terumbu karang terbesar di dunia. Di Pulau Bontosua, tidak hanya memiliki area restorasi yang tersebar lebih dari 30 titik, tetapi memiliki dua area control, yaitu are control positif dan negatif dengan perbedaan kondisi tutupan terumbu karang. Dua area tersebut digunakan sebagai area acuan atau referensi untuk area restorasi. Apakah restorasi yang dilakukan berdampak positif atau negatif.

Permas menyampaikan juga bagaimana Mars Symbioscience Indonesia melakukan perawatan dan monitoring pada restorasi yang dilakukan. “Kunci utama dalam kegiatan restorasi adalah konsistensi dan memiliki rencana jangka panjang. Saya dan tim dalam melakukan restorasi telah memiliki rencana tersusun selama satu tahun kedepan, kapan dan bagaimana kami melakukan kegiatan restorasi, mulau dari instalasi, perawatan, dan monitoring”, ujar Permas.

Konsistensi yang dimaksudkan berupa konsisten dalam memilih metode untuk restorasi pada area yang luas, proses perawatan dan moniting agar mendapatkan hasil restorasi yang optimal. Selain itu, kemampuan dan kapasitas anggota sangat diperlukan, pastikan semua anggota yang akan melakuakn monitoring dan perawatan telah memiliki pemahaman yang sama dalam pengambilan data.

Dengan pengalaman yang memberikan pengetahuan lebih terkait kegiatan perawatan dan monitoring, banyak peserta yang berpartisipasi dan turut aktif pada sesi tanya jawab. Peserta yang bertanya di dominasi dari kalangan mahasiswa dengan memberikan pertanyaan seputar restorasi terumbu karang dengan berdasarkan kendala yang dihadapi oleh Permas dan Tim.