Restorasi terumbu karang tidak hanya melakukan kegiatan penanaman, tetapi monitoring merupakan kegiatan krusial yang dapat memastikan keberhasilan restorasi yang dilakukan. School of Reef Restoration (SCORES) Indonesia telah hadir kembali pada Season ke-3 yang mengangkat tema mengenai “monitoring restorasi terumbu karang”. SCORES season ke-3 dimulai pada hari Senin, 7 Oktober 2024 dengan menghadirkan Dr. Zach Boakes sebagai Co-founder North Bali Reef Conservation.

Dr. Syamsul Bahri Agus selaku Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan memberikan sambutannya pada pembukaan webinar pertama season ke-3. “SCORES is back with new season and theme. Dengan adanya webinar ini dapat memberikan prespektif dan menjadi tempat untuk berdiskusi mengenai restorasi terumbu karang dengan para pemateri yang hadir”, ujarnya pada sesi pembuka.

Selain itu, founder dari SCORES Dr. Tries Blandine Razak turut memberikan sambutan juga, “SCORES sudah hampir berusia 3 tahun dan pada sesason ke-3 ini berfokus pada aktivitas monitoring restorasi terumbu karang. Monitoring merupakan komponen yang sangat penting untuk menjamin kesuksesan dari kegiatan restorasi”. Tidak hanya itu, Dr. Tries Blandine Razak juga menjelaskan bagaiman Dr. Zach selaku co-founder North Bali Reef Conservation, melakukan kegiatan restorasi terumbu karang di Bali beberapa tahun terakhir dan kegiatannya sukses memulihkan kondisi ekosistem yang terdegradasi.

Artificial Reef Monitoring in North Bali, Indonesia merupakan judul sharing session yang disampaikan yang dimaksudnya untuk berbagai pengalaman dalam kegiatan monitoring hasil restorasi terumbu karang dengan menggunakan artificial reef.

North Bali Reef Conservation telah melakukan kegiatan restorasi terumbu karang kurang lebih selama tujuh tahun. Kegiatan restorasi yang dilakukan melibatkan volunteer yang berasal dari berbagai negara dan penduduk lokal. Tujuan dilibatkannya penduduk lokal dalam kegiatan restorasi adalah untuk bersama-sama merawat dan menjaga ekosistem yang telah dipulihkan dan menikmati jasa ekosistem yang disediakan secara bersama dan berkelanjutan.

Tidak hanya berbagi proses saja, pada pemaparannya, Zach Boakes juga memberikan contoh metode yang dilakukan ketika monitoring, seperti reef fish transect survey, randomized benthic quadrant survey, dan RUV (Remote Underwater Video).

Menurut Zach Boakes, mengapa monitoring restorasi terumbu karang sangat penting dilakukan karena keberhasilan suatu kegiatan restorasi terumbu karang dapat dinilai melalui kegiatan monitoring secara berkala, seperti pengamatan pada laju pertumbuhan karang dan populasi ikan karang, hingga fungsi ekologi karang yang kembali seperti kondisi alaminya.

Hasil dari kegiatan monitoring tidak hanya dijadikan bahan evaluasi, tetapi Zach Boakes mempublikasikannya menjadi sebuah artikel ilmiah. “Nutrien Dynamic, Carbon Storage And Community Composition On Artificial And Natural Reefs In Bali Indonesia” merupakan salah satu artikel ilmiah yang dipublikasikan yang merupakan hasil data monitoring restorasi terumbu karang. Dengan demikian, Zach juga memberikan proses mengenai penggunaan data monitoring untuk dipublikasikan menjadi artikel ilmiah sehingga diharapkan para praktisi dapat terinspirasi untuk mempublikasikan hasil kegiatan restorasi terumbu karang.

Pada sesi tanya jawab, peserta yang bersal dan berbagai instansi dan negara lain turut berperan aktif dan antusias. Tidak hanya menanyakan hal terkait pada Zach, tetapi para peserta juga berbagi pengalaman yang serupa sehingga menjadi sesi diskusi yang aktif.