FPIK IPB— Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University melakukan kegiatan pengembangan kapasitas pembudidaya ikan kecil dalam FGD kajian ikan Betta sp. di Kabupaten Kediri. FPIK IPB University sepakat menjalin kerja sama dengan Dinas Perikanan Kabupaten Kediri dalam hal menciptakan strain baru untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing penjualan dari tanggal 25 November 2022.
Penandatanganan naskah kerjasama oleh Dekan FPIK IPB University, Prof Fredinan Yulianda dan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kediri, Nur Hafid, S.Pt., MM beserta hadir oleh Wakil Dekan Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan FPIK IPB, Prof. Mala Nurilmala dan dosen tenaga ahli dari FPIK IPB University diantaranya Dr. Ir Agus Oman Sudrajat, M.Sc dan Fajar Maualana, S.Pi., M.Si. serta Kediri Betta Club (KBC) sebagai salah satu komunitas ikan cupang yang berkembang di wilayah Kabupaten Kediri
“Ikan hias merupakan salah satu komoditas yang dapat dijadikan sebagai penguatan sumber daya perikanan. Sumber daya ikan hias di Indonesia akan menjadi komoditas yang berekonomi tinggi apabila dikelola dengan baik,” tutur Prof Fredinan Yulianda.
Menurutnya, dalam kerjasama tersebut, FPIK IPB University akan mendampingi pembudidaya lokal Kabupaten Kediri dalam mengembangkan ikan hias Betta sp. dengan menciptakan inovasi baru dalam menunjang kesejahteraan pembudidaya ikan hias di Kabupaten Kediri.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Agus Oman Sudrajat menyampaikan perihal aspek yang dapat diimplementasikan dalam kerjasama ini.
“Demi terwujudnya target yang akan dicapai, kita harus konsisten dan berkomitmen dalam proses yang sedang dijalankan. Dalam hal ini adalah dengan menciptakan strain baru pada ikan cupang sebagai salah satu identitas atau ciri dari ikan cupang yang dimiliki oleh Kabupaten Kediri. Hal tersebut dapat kita wujudkan dengan metode perkawinan silang (crossbreeding) yang nantinya akan memunculkan jenis-jenis baru sebagai target tujuan kita,” sebutnya.
Ia menambahkan, aspek ekonomi yang tinggi bisa membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Sumbar. Namun demikian, kata dia, perlu lebih dulu melihat antusiasme masyarakat. “Pengembangan komoditas ini tidak melupakan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaannya” tandasnya