FPIK IPB—Tim peneliti FPIK IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan & Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (ITK dan MSP-FPIK), yaitu Dr Syamsul Bahri Agus dan Dudi M Wildan MSi mendampingi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sumatera Barat untuk mengembangkan perikanan kepiting (Scylla sp.) melalui vertical crab house (Apartemen Kepiting) di wilayah Sumatra Barat.
Pendampingan pada tanggal 9-11 September 2022 di Balai Perikanan Budidaya Air Laut dan Payau (BPBALP) Instalasi Sungai Nipah, Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Pengembangan perikanan kepiting di Sumatera Barat ini bertujuan menghasilkan kepiting dalam jumlah banyak tanpa merusak lingkungan hidupnya yaitu mangrove, serta menjadikan Sumatera Barat menjadi salah satu sentra kepiting di Indonesia.
FPIK IPB sudah mengembangkan sistem apartemen kepiting di IPB Fisheries and Marine Observation Station (IFMOS) Ancol, DKI Jakarta. Sistem budidaya apartemen kepiting ini menangani banyak permasalahan yang dialami petani kepiting seperti tingginya kematian pada kepiting dan keseragaman pada ukurannya. Kunci dari sistem ini ialah dari sirkulasi air, penyimpanan dan pemeliharaan kepitingnya.
Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK IPB, Dr Syamsul B Agus memberikan pendampingan penyusunan apartemen kepiting dan sistem sirkulasi air, kegiatan ini bertujuan agar wadah pemeliharaan kepiting sesuai kebutuhan kepiting dan sistem sirkulasi berfungsi maksimal memurnikan air.
“Kunci dari Vertical Crab House ialah sistem tingkat yang ke atas, dan harus memperhatikan sirkulasi air yang sangat berbeda dengan budidaya secara konvensional sehingga perhatiannya harus ditingkatkan apabila mau menggunakan ini”.
Materi pendampingan lain dilanjutkan oleh dosen Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB, Dudi M Wildan, M.Si yang memberikan pelatihan dalam teknis pemeliharaan kepiting mulai dari penjelasan SOP penanganan kepiting dari alam, SOP transportasi kepiting, SOP penanganan kepiting SOP pemberian pakan.
“Kepiting sebagai hewan air sangat rentan pada perubahan sedikit pun akan stres hingga kematian, pemeliharaan yang baik akan menjamin kesuksesan dalam nanti panen kepitingnya”. Hal tersebut ditekankan oleh Dudi M Wildan, pada saat memberikan diskusi teknis bersama tim teknis dan staf UPTD.
Selain itu, Syamsul B Agus menyatakan bahwa perkembangan budidaya kepiting apartemen harus di dukung dengan pasokan benih yang memadai, oleh sebab itu rencana setelah kegiatan budidaya teknik apartemen kepiting ini bisa diadopsi dan diadaptasikan oleh masyarakat sekitar dan diharapkan akan berhasil. Langkah selanjutnya untuk melawan kelangkaan bibit kepiting dari alam adalah dengan membuat mini hatchery di wilayah BBI Nipah agar keberadaan kepiting tetap lestari dan benih kepiting untu kegiatan budidaya pun tetap tersedia, serta dapat juga dijadikan kawasan wisata dan konservasi mangrove yang didesain sedemikian rupa menjadi area atau lokasi ekominawisata.