fpik.ipb.ac.id— Dosen dan mahasiswa dari Departemen pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, IPB University dalam rangka Program Dosen Pulang Kampung melakukan kegiatan Focus Group Discussion pada hari Sabtu, 13 Agustus 2022. Pelaksanaan FGD ini juga bekerjasama dengan ISPIKANI (Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia) dan PT Sahabat Nelayan Indonesia.  FGD ini dihadiri oleh Bappeda Tegal, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tegal, Kasubag TU Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Larangan, 39 orang nelayan dan 7 orang Penyuluh Perikanan.  Tim dosen pulang kampung adalah 5 orang dosen yaitu Dr. Roza Yusfiandayani sebagai ketua tim, Prof. M. Imron, Dr. Wazir Mawardi, Prof. Mulyono dan Prof. Domu Simbolon dan 5 orang mahasiswa (Shidiq, Fajriyah, Adrul, Reza dan Ravy) dari Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK IPB. 

 “Semoga dengan adanya inovasi ini kita bisa menjawab kebutuhan masyarakat. Kami di perguruan tinggi melakukan penelitian dan menghasilkan inovasi-inovasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Melalui Program Dosen Pulang Kampung, diharapkan inovasi hasil dosen-dosen IPB dapat dimanfaatkan dan berdaya guna di kampungnya masing-masing,” ujar Prof. Dr. M. Imron selaku perwakilan dosen pulang kampung.

Di sisi lain kasubag TU PPP Larangan, Mugiono, SH menyebutkan bahwa Bappeda, Dinas, para nelayan dan penyuluh perikanan sangat merasa senang dan terhormat karena dosen-dosen Dep. PSP, IPB University memperkenalkan dan mengajarkan kepada nelayan mengenai pengoperasian dengan menggunakan inovasi Rumpon Portable. 

Dr. Roza Yusfiandayani sebagai ketua tim dosen pulang kampung memperkenalkan dan mengajarkan kepada nelayan mengenai pengoperasian dengan menggunakan Rumpon Portable. Roza menyebutkan bahwa nelayan telah menggunakan alat bantu menangkap ikan berupa rumpon tradisional. Rumpon berfungsi memikat ikan agar berkumpul untuk mencari makan, beristirahat, dan berlindung dari predator. Alat ini dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penangkapan ikan. Rumpon tradisional dibuat dengan investasi yang besar, atraktor dari dedaunan menyebabkan sumberdaya dedaunan di suatu wilayah menjadi berkurang, rumpon yang hilang karena dipotong oleh nelayan lain dapat menimbulkan konflik antar nelayan. Rumpon Portable merupakan karya anak bangsa yang ringkas, mudah dikemas dan dioperasikan di mana saja. Rumpon Portable terdiri dari koper berukuran 53 x 30 x 17 cm yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sekaligus sebagai pelampung, atraktor suara, tali PE dan pemberat.

“Penggunaan Rumpon Portable di perairan Aceh Utara pada tahun 2019, hasil tangkap ikannya mengalami peningkatan hingga 45,88%. Kemudian di perairan Banten penggunaan Rumpon Portable mampu meningkatkan produktivitas dan efektivitas sebesar 54 % sehingga pendapatan nelayan semakin meningkat,” papar Roza.

Mendengar pemaparan hasil dari penggunaan Rumpon Portable, nelayan merasa antusias untuk mendengarkan penjelasan dan mempraktekkan, serta memberikan berbagai respon positif. Respon positif yang ditunjukkan berupa terdapat dua orang nelayan yang mengajukan diri untuk dapat diujicobakan pada kapalnya hingga salah satu perwakilan nelayan langsung bertanya terkait harga satu unit Rumpon Portable dan berharap pemerintah akan memberikan bantuan rumpon portable ini bagi nelayan.

Saat ini baterai Rumpon Portable mampu bertahan selama delapan jam, namun Dr. Roza memastikan bahwa ke depannya akan terus ditingkatkan untuk dilengkapi dengan panel surya. Dr. Roza menyebutkan bahwa jika dilengkapi dengan panel surya maka rumpon tidak perlu dicharge karena bantuan cahaya matahari di siang hari.

“Penggunaan Rumpon Portable juga diproyeksikan akan dikembangkan untuk memajukan industri wisata bahari. Kemampuannya untuk mendatangkan ikan dapat dimanfaatkan untuk pertunjukan lumba-lumba di laut serta restoran dengan menu hasil tangkapan sendiri,” tandasnya.

SDGs 8, 9, 14